Oleh: Yahya Afriyandi*
Bagi masyarakat Desa Kihiyang Kecamatan Binong Kabupaten Subang Jawa Barat sapaan “Ang” dalam memanggil seseorang yang lebih dewasa adalah sapaan yang menandakan keakraban dan penghormatan. Sapaan “Ang” jika ditelusuri adalah bentuk panggilan pendek dari kata “Kang” atau “kakang” bahasa Jawa yang artinya kakak. Sapaan atau panggilan “Ang” juga merupakan penggabungan dua suku kata antara “Aa” bahasa Sunda dan “Kakang” bahasa jawa sehingga menjadi “Ang”.
Seiring perkembangan jaman, sapaan “Ang” yang pada umumnya hanya terbatas pada panggilan adik terhadap kakaknya, maka lain halnya masyarakat Desa Kihiyang, panggilan “Ang” sudah menjadi kebiasaan yang melekat dalam menyapa serta memanggil putra Kyai. Seperti halnya panggilan “Gus” yang pamiliar bagi putra kyai pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur, maka masyarakat desa Kihiyang pun memanggil putra Kyainya dengan sapaan “Ang” adalah bentuk penghormatan serta dalam rangka tabarukan terhadap keluarga kyai.
Biografi
Ang Fuad yang bernama lengkap Fuad Nawawi lahir di Desa Kihiyang pada hari Ahad, 27 September 1981. Putera ke-tiga Almaghfurlah KH.Nawawi Abbas dan Nyai Hj. Ruqoyah. KH. Nawawi Abbas adalah pendiri Pondok Pesantren Al-Hidayah serta pencerah dalam pengembangan nilai-nilai ajaran Islam pasca terjadinya pengkhianatan G30S PKI khususnya di desa Kihiyang Kecamatan Binong kabupaten Subang. KH. Nawawi Abbas berasal dari Kempek Cirebon, beliau sendiri datang ke desa Kihiyang pada tahun 1960. Ditelusuri secara garis nasab, Almaghfurlah KH.Nawawi Abbas masih bersambung dengan keluarga besar Pondok Pesantren Kempek Cirebon. KH. Nawawi adalah putera dari Kyai Abbas Bin Nyai Aisyah Binti Kyai Abdul Jalil Kedongdong Cirebon.
Pendidikan
Ang Fuad mengenyam pendidikan dasar MI Raudlatul Islamiyah, sore harinya Madrasah Diniyah dan malam harinya mengaji di Pondok Pesantren Al-Hidayah desa Kihiyang. Setelah lulus MI Raudlatul Islamiyah tahun 1993 dan Madrasah Diniyah Tahun 1992, kemudian ia melanjutkan pendidikan di MTs Darul Hikam Desa Binong lulus tahun 1996. Bekal dasar pendidikan pesantren diajarkan langsung oleh ayahnya, seperti kitab Jurumiyah, Safinah dan Fathul Qorib semuanya dikhatamkannya dengan baik.
Adapun talaqqi Al-Qur’an atau ngaji Al-Qur’an bersama ayahnya, Almaghfurlah KH.Nawawi Abbas yang memiliki sanad Qiro’ah Masyhuroh Imam ‘Ashim dari sanad Almaghfurlah Kyai Umar Soleh Kempek Cirebon. Saat masih duduk di kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Ang Fuad sudah mengkhatamkan Al-Qur’an 30 Juz BI Nadhor dengan baik.
Pada pertengahan tahun 1996 berangkat ke kota Pelajar Yogyakarta, Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta adalah pilihan sang Ayah untuk meneruskan pendidikannya, Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Yayasan Ali Maksum Krapyak menjadi tempat belajarnya, mengaji sorogan berbagai kitab ke Dr. KH. Hilmy Muhammad Hasbullah, MA (cucu KH. Ali Maksum Krapyak Yogyakarta) dan KH. Ashari Abdullah Tamrin (Rais Syuriah PWNU Yogyakarta).
Saat di Madrasah Aliyah Keagamaan Yayasan Ali Maksum, ia mengikuti jejak langkah kesuksesan Kakaknya sendiri, Teh Yayah Zakiyah, yaitu menghafalkan Al-Qur’an. Hanya menempuh waktu 1 tahun 8 bulan mengaji bersama KH.R. Muhammad Najib Abdul Qodir Munawir, ia dapat mengkhatamkan Al-Qur’an 30 Juz Bil Ghoib dengan kualitas hafalan yang baik. Pada bulan November tahun 1999 mengikuti wisuda khotmil quran 30 Juz Bil Ghoib di Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak Yogyakarta. Atas prestasi kualitas hafalannya, ia langsung mendapatkan ijazah sanad Qur’an dari KH.R. Muhammad Najib Abdul Qodir Munawir yang bersambung hingga Nabi Muhammad Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
Setelah lulus MAK tahun 1999 melanjutkan ke UIN sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin, selama kuliah ia tabarukan ngaji Qur’an kepada KH.R. Muhammad Najib Abdul Qodir Munawir di Madrasah Hufadh Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak Yogyakarta dari tahun 1999-2003.
Dengan judul skripsi “Tarjih Hadis Menurut Ibnu Hazm Dalam Kitab Al-Ihkam Fi Ushul Al-Ahkam” Ang Fuad meraih gelar starta satunya “Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)” pada tahun 2003. Pada akhir tahun 2003 pula ia berpamitan serta memohon doa restu KH.R. Muhammad Najib Abdul Qodir Munawir untuk boyong dari Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak Yogyakarta.
Tidak pernah ada kata berhenti belajar, keteguhan dan kesungguhannya dalam menuntut ilmu membuka jalan kemudahan dari Allah SWT, sehingga mendapatkan beasiswa S2 di Paramadina Jakarta, konsentrasi Filsafat Islam. Dengan judul Thesis: Hukum Kausalitas dan Mu’jizat Perspektif Murtadho Muthahhari, Ang Fuad meraih gelar magister “M.Ud” pada tahun 2012. Pada tahun yang sama juga meraih gelar magister “MA” dari ICAS (Islamic College for Advance Studies) Inggris, yang memiliki Afiliasi Syiah Imamiyah Iran yang bekerjasama dengan Paramadina, sehingga dalam tahun yang sama meraih double degree.
Pada awal tahun 2019 Ang Fuad mendapatkan beasiswa S3, hingga saat ini ia sedang menempuh gelar doktor, menyelesaikan desertasinya pada kajian tafsir di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Karir Pekerjaan
Saat kuliah S1 Ang Fuad telah mengabdikan diri pada almamaternya, Yayasan Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, sebagai pengajar MTs Yayasan Ali Maksum hingga akhir tahun 2003. Setelah boyong dari Krapyak hijrah ke kota Periangan Bandung, bekerja sebagai tim pengajar privat Diklat Daruttauhid, tim konten dakwah Aa Gym, tim bidang kajian strategis di Gerakan Membangun Bangsa (Gema Nusa Pusat).. Pada tahun 2007 mengembangkan karirnya di Ibu Kota DKI Jakarta, masih bekerja di Daruttauhid Jakarta sambil melanjutkan S2 di Paramadina.
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin merupakan prinsip yang benar-benar dipegang teguh dan diaplikasikan dalam kehidupan nyata Ang Fuad, tidak hanya puas menikmati kenyamanan posisi yang ia raih di Daruttauhid Jakarta, akhir tahun 2007 Ang Fuad meninggalkan Daruttauhid Jakarta dan memilih medan jihad yang lainnya yaitu menjadi pengajar SMA Al-Manar Azhari yang didirikan oleh KH. Manarul Hidayat (Pengurus PBNU). Selain menjadi pengajar juga menduduki jabatan sebagai kepala Kepengasuhan.
Memasuki tahun 2008 di sela-sela kesibukannya sebagai pengajar dan kepala Kepengasuhan, ia juga mendapatkan kesempatan bekerja sebagai editor buku di penerbit ternama ibu kota, penerbit Mizan yang dipimpin oleh Haidar Bagir. Ang Fuad bekerja sebagai editor penerbit Mizan hingga tahun 2009.
Pada pertengahan tahun 2009 Ang Fuad kembali ke tanah kelahirannya, memenuhi permintaan ayahnya, Almaghfurlah KH. Nawawi Abbas yang pada saat itu sudah terbaring sakit, meskipun karir cemerlang dan gemilang di Ibu Kota sudah nyata dalam genggaman, akan tetapi ia harus sendiko dawuh memenuhi permintaan ayahnya, pulang kampung dan mendaftar CPNS. Menjadi PNS bukanlah pilihan jalan karirnya, tetapi sebagai anak tentunya mendapatkan ridho orang tua sepenuhnya adalah kunci keberkahan dan kesuksesan bagi kehidupannya kelak.
Seleksi CPNS diikuti, Ang Fuad lulus sebagai CPNS dengan formasi Penghulu pada KUA Kecamatan Sukasari Pamanukan, sikap sedikit mengabaikan akan kelulusannya sebagai CPNS terdengar di telinga Almaghfurlah KH.Nawawi Abbas, hingga Ang Fuad ditegurnya, “urusan mutasi itu gampang” kata Almaghfurlah KH Nawawi Abbas meyakinkannya. Pada akhir Tahun 2009 KH Nawawi Abbas menghembuskan nafas terakhir, setelah sekian tahun terbaring sakit.
Selama tahun 2010 Ang Fuad menjalani rutinitas barunya sebagai penghulu pada KUA Sukasari, berangkat pagi, mengendari sepeda motor, pulang menjelang Maghrib, hati kecilnya kangen dengan rutinitas di Ibu kota, sebagai editor di penerbit Nasional, tapi permintaan orang tua tentunya tidak boleh diabaikan, bekerja secara sungguh-sungguh dan totalitas tetap menjadi prinsip keteguhan dalam menjalani amanah apa pun yang sedang dijalaninya.
Pada saat menjadi penghulu, ia juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Al-Hidayah Kihiyang yang merupakan payung dari lembaga peninggalan ayahnya, Raudlatul Athfal, Pondok Pesantren, Majelis Taklim, Jam’iyah Yasinan, Madrasah Ibtidaiyah dan Diniyah.
Jika Allah SWT berkehendak maka apa pun tidak ada yang tidak mungkin, selalu ada jalan kemudahan, tahun 2011 Ang Fuad mendapatkan berkah Qur’an, ia dimutasikan oleh Kemenag Pusat dari KUA Sukasari ke kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon, inilah jawaban dan bukti dari ucapan Almaghfurlah KH Nawawi Abbas, kepatuhan dan birul walidain menjadi kunci utama akan jalan yang dirasa secara logika cukup tidak memungkinkan tapi Allah SWT maha berkehendak dan berkuasa.
Jabatan pertama di IAIN Syekh Nurjati Cirebon adalah Syeikhul Ma’had, pada saat itu IAIN memiliki program Mahasiswa baru harus tinggal di Ma’had IAIN Syekh Nurjati, prinsip selalu bersungguh-sungguh dan totalitas selalu dikedepankannya dalam menjalankan amanah yang diembannya, sepenuh hati membimbing dan mengurus sekian ratus mahasiswa. Setiap bulan Ramadhan Ang Fuad mengimami Sholat Tarawih di Masjid IAIN Syekh Nurjati Cirebon dengan target bacaan 10 Juz selama sebulan, berturut-turut selama tiga tahun. Perangainya yang santun dan tegas sangat disegani Mahasiswa, meskipun seorang Hafidz (penghafal Al-Qur’an), tapi tidak pernah menampakkan kemampuannya, sehingga mahasiswa begitu sangat akrab dan merasa dekat dengannya.
Pada tahun 2016 Ang Fuad mendapatkan SK sebagai Dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Selain menjabat sebagai dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir ia juga menjadi Koordinator Jurnal Diya Al-Afkar Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Tahun 2016. Ang Fuad juga aktif dalam berbagai kegiatan kampus sehingga dipercaya untuk menjadi Pembina Lomba Karya Tulis Ilmiyah Mahasiswa Tingkat Provinsi Tahun 2017.
Setelah resmi mendapatkan SK sebagai Dosen, Ang Fuad tidak lagi menjabat sebagai Syeikhul Ma’had IAIN Syekh Nurjati. Hasil jerih payah menabungnya dari awal bekerja ia belikan rumah sederhana yang dekat dengan kampus. Bersama istrinya tercinta Uyun Wafa Binti KH. Imran Ismail (Kertasemaya Indramayu).
Ibarat bunga yang indah dan semerbak harumnya membuat lebah betah berkerumun, begitu pula kediaman keluarga kecilnya yang sederhana dan penuh ketawadluan selalu disinggahi oleh mahasiswa, Ang Fuad dan Istrinya yang sama-sama hafal Al-Qur’an 30 Juz Bil Ghoib menjadi daya tarik tersendiri, khususnya mahasiswa yang memiliki niatan untuk menghafal Al-Qur’an.
Sebagian ruangan rumahnya dijadikan tempat mengaji setoran hafalan para mahasiswa. Informasi di era mileneal secepat kilat, terdengar oleh berbagai kalangan mahasiswa dan orang tua terkait kegiatan setoran hafalan di rumahnya, akhirnya para mahasiswa yang ingin menghafalkan Al-Qur’an memilih untuk mondok di rumah Ang Fuad.
Memang nyata “orang yang baik dan berilmu” itu tidak harus dipamer-pamerkan atau dipromosikan melalui jejering medsos untuk menunjukkan bahwa ia “orang baik dan berilmu”, harum dan manisnya akan dengan sendirinya dicari dan diminati oleh siapapun yang mengharapkan kebaikannya, rumah yang dulu hanya dihuni oleh sang istri dan dua anaknya kini berubah menjadi pesantren Mahasiswa.
Kondisi fisik bangunan yang sudah rapuh sehingga pada suatu ketika dinding dan atapnya pernah roboh, hampir mengenai Ang Fuad saat tertidur. Senantiasa memanjatkan doa kepada Allah SWT, semoga dapat merenovasi, memberikan tempat yang nyaman untuk keluarga dan mahasiswa yang nyantri di rumahnya. Hingga pada awal tahun 2019 Allah SWT memberikan kemudahan melalui perantara sang dermawan yang memberikan hartanya untuk merenovasi rumah serta membeli lahan untuk perluasan pesantrennya.
Saat ini Ang Fuad memiliki 30 lebih santri Mahasiswi yang sedang menghafal Al-Qur’an, pondok pesantren yang beralamat di Jl. Swasembada I No. 14 RT/RW 03/14 Karyamulya Kesambi Kota Cirebon tidak pernah sepi dari lantunan santri yang terus membaca, menderes, menghafal Al-Qur’an. Ang Fuad menamakan pesantren Mahasiswinya itu dengan Pondok Pesantren Syariful Anam, nama tersebut untuk memberikan penghargaan dan mengingat jasa dari seseorang yang telah membelikan sebidang tanah untuk perluasan pesantrennya.
Prestasi dan Karya
Prestasi terbesar sekaligus bagian dari anugerah Allah SWT yang diraih oleh Ang Fuad tentunya menjadi seorang Hafidzul Qur’an. Kesungguhan dan ketekunannya sehingga dapat menghafalkan Al-Qur’an dengan waktu yang relatif singkat. Dalam kemudahan dan kesuksesan karir yang ia capai menurutnya selalu bersumber dari keberkahan Al-Qur’an. Adapun prestasi yang pernah diraih dalam ajang perlombaan diantaranya: Juara Tiga Tafsir Bahasa Arab pada MTQ Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2005 dan Pembina MTQ Terbaik Kota Cirebon 2018. Hasil karya tulis ilmiahnya tersebar di berbagai media cetak maupun non cetak, tulisannya banyak mengupas tema terkait tafsir Al-Qur’an. Adapun bentuk karya yang sudah dicetak dan disebar luaskan diantaranya buku dan hasil terjemahan yang diterbitkan oleh Mizan : I Love My Al-Qur’an, Kiamat itu Indah, 73 Kisah kematian yang Indah, Rahasia Bersuci.
Kesuksesan
Makna kesuksesan bukanlah capaian akan mendapatkan jabatan tinggi dalam segala bidang profesi sehingga dengan mudah memperoleh harta. Baginya makna kesuksesan adalah bagaimana kita dapat mengamalkan atau menjadi pelaku seperti yang diterangkan Hadits Nabi Muhammad Rasulullah shalallahu alaihi wasallam: “Khoirunnaas Anfauhum Linnas”. Bagi Ang Fuad Kesuksesan adalah bagaimana eksistensi atau keberadaan diri pribadi kita menjadi manfaat bagi banyak orang.
Karir yang sangat baik saat ini tentunya amanah yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, sedikit pun ia tidak pernah berambisi mengejar dan meraihnya dengan sekuat tenaga, berjalan begitu saja, ia sebelumnya tidak pernah memiliki cita-cita untuk menjalani apa yang ia dapatkan saat ini, berjalan dan mengalir dengan sendirinya. Dalam menjalani kehidupannya ia selalu mengedepankan sikap pasrah kepada Allah SWT, terserah “apa jare Gusti Allah Bae “ kata Ang Fuad. Ia juga selalu berpegang teguh pada prinsip hidupnya bahwa hari ini adalah anugerah Allah SWT yang harus disyukuri dan lakukan pekerjaan apa pun dengan semaksimal mungkin.
Proses panjang kehidupan yang dilalui Ang Fuad sehingga berada di puncak kesuksesan tentunya tak lepas dari keberhasilan didikan keras orang tuannya, patuh dan taat akan perintah agama menjadi keharusan yang tidak dapat dikesampingkan. Ada tiga hal yang menurutnya menjadi penunjang akan kesuksesan yang diraihnya saat ini: Pertama do’a dan Riyadloh Orang tua, keberhasilan dan kesuksesan anak tentunya tidak terlepas dari munajat do’a orang tuannya, setiap malam harapan dan do’a dipanjatkan untuk masa depan anak-anaknya. Kedua sholat lima waktu, sholat semata-mata tidak hanya sebagai keabsahan menjalankan perintah agama semata, tetapi sholat adalah menjadi bentuk syukur manusia atas segala kenikmatan hidup yang didapatkan, termasuk kenikmatan kemudahan dalam meraih sesuatu, bagi Ang Fuad sholat sudah menjadi kedisiplinan nomor wahid yang ditanamkan semenjak kecil, tak ayal saat masih kecil sering dimarahi oleh ayahnya karena ia kesiangan terlewat jama’ah subuh. Ketiga adalah Al-Qur’an, kesuksesan yang diraihnya bukankah hasil dari jerih payah akan ilmu yang ia miliki, tapi ia meyakini bahwa jalan kemudahan yang seringkali dirasakan tak lain bersumber dari keberkahan Al-Qur’an.
*) Juara II Lomba Karya Tulis Ilmiah dalam kegiatan Peringatan Hari Santri Nasional tahun 2019 Tingkat Kabupaten Subang