Ibadah Shaum Ramadlan merupakan “Penataran Akbar” bagi umat Islam yang beriman. Disajikan rutin setiap tahun. Allah SWT yang menatar kita selama sebulan penuh. Menjadi arena muhasabah atau instrospeksi diri.
Sebagaimana Firman Allah dalam Alquran Surat Al-Hasyr ayat 18:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman. Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
![](https://nusubang.or.id/wp-content/uploads/2020/05/ketua-muslimat-1024x693.jpg)
Berdasarkan ayat tersebut kita harus introspeksi terhadap ibadah yang kita lakukan selama bulan Ramadlan.
Apakah ibadah shaum kita sudah berfungsi sebagai junnatun (benteng) yang mampu manahan, malawan tantangan dan godaan serta cobaan?
Apakah ibadah shaum kita sudah temasuk ghofarollohu ma taqoddama min dzanbihi, yang mampu menghapus dosa waktu-waktu yang sudah lampau?
Apakah ibadah shaum kita sudah termasuk laallakum tattaqun, mencapai derajat muttaqin? Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan peluang dan sekaligus tantangan kita umat Islam untuk menggapainya.
Idealnya, perlu kita kaji ulang. Ketika ibadah shaum dan ibadah- ibadah lainnya yang kita amalkan sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan, maka akan teraplikasi selama menjalankan ibadah Ramadan dan Pasca Ramadan. Dosa-dosa akan terhapus, doa terqobul, dan amalan semakin meningkat kebaikannya untuk masa mendatang.
Dalam konteks lain, banyak diantara kita saat puasa hanya bisa menahan lapar dan haus, tidak menambah iman dan taqwa, serta tidak mampu menahan segala ujian, peringatan, maka merugilah golongan tersebut.
Terlebih, Ramadlan tahun ini terjadi peristiwa besar Pandemi dunia merebaknya Covid-19 yang berakibat fatal terhadap berbagai dimensi kehidupan. Perlu kita hadapi dan siasati secara religius dan protokol kenegaraan. Menjadikan pelajaran berharga, agar kita tetap dicatat oleh Allah sebagai insan bertaqwa. Takut terhadap janji dan peringatan Allah SWT.
Sebagai insan beriman, sejatinya menjadikan peristiwa ini sebagai ajang evaluasi diri dan kajian pribadi untuk ibadah shaum yang akan datang apabila Allah masih mamberi kesempatan karunia umur panjang. Tentunya, agar lebih hati -hati dan teliti dalam menjalankan kewajiban kita sebagai hamba Allah SWT.
Jadikan setiap bulan Ramadan sebagai masa terbaik untuk “menatar lahir bahin”. Puncaknya mencapai derajat muttaqin. Hamba yang termulia dihadapan Sang Pencipta, Allah Azza Wajalla. Kita berharap, Ramadan tahun ini terbaik bagi kita sebagai media penataran menuju target muttaqin, predikat yang dirindukan segenap umat Islam. Wallahu ‘Alam.
Subang, 19 Ramadan 1441 H / 12 Mei 2020.
Penulis: Hj. Iis Mamah Salamah, S.Ag, M.Si, Ketua PC Muslimat NU Kabupaten Subang